Copyright © About Story
Design by Dzignine
Selasa, 12 Februari 2013

Teka-Teki Jaket Hitam Silva


Part 1
Plok...plok...plok...
Suara tepuk tangan penonton menggema di setiap sudut aula itu. Penampilan drama dari kelas XI-A1 benar-benar membuat penonton terpesona sekaligus terbahak melihat lakon-lakon yang pantas untuk main  layar lebar siang itu. Agak berlebihan sih, tapi memang begitu adanya, haha.
Silva yang hanya sebagai pemeran pembantu pun bermain dengan begitu luesnya, seolah dia itu adalah bintang sinetron terkenal. Lega sudah rasanya bisa bermain drama di depan penonton yang memenuhi aula.
Siang itu matahari tak segan-segan membakar bumi, membuat aula sekolah Silva yang tidak begitu besar dan sesak oleh penonton menjadi sangat panas. Gerah rasanya berlama-lama di dalam.
Silva keluar dengan beberapa temannya dengan menyampirkan  jaket hitamnya di pundaknya. Jaket hitamnya itu sukses membuat para penonton terkecoh karena dengan jaket itu Silva bisa menyerupai teman-teman cowoknya.
“Eh, boleh pinjem jaketnya nggak?”
Seorang cowok tidak dikenal Silva menghentikan langkahnya. Silva belum pernah melihat wajah cowok ini. Silva hanya berdiri mematung di depannya sambil mengamatinya dari atas sampai bawah.
“Aduuh, boleh nggak nih? Boleh ya? Bentar aja!”
Belum sempat Silva menjawab pertanyaannya cowok itu sudah menyambar jaket Silva dan berlari menuju aula.
“Eh!!” Pekik Silva tertahan, antara kaget dan bingung.
“Pulang sekolah di lapangan basket!”, teriak cowok itu tanpa menoleh ke belakang lagi. Tangannya melambai tak jelas.
Silva memandangi teman-temannya, mereka mengangkat bahu bersamaan, lalu mereka saling berpandangan lagi.
“Siapa sih dia? kok aku belum pernah lihat cowok tadi ya? Anak baru?”, tanya Silva bingung.
“Bukan deh, Sil, kamu aja yang baru pertama kali ini lihat dia. kalau nggak salah sih, dia anak A-5. Ehh, bener nggak sih temen-temen?”
“Kayaknya sih gitu”, jawab Rona dengan mulut berjubal makanan.
Mereka mulai berjalan lagi, menuju kelas mereka yang nggak begitu jauh dari aula. Silva masih mematung di tempatnya, lalu berbalik menuju aula. Dia mengintip dari jendela paling depen. Ooh, jaketku buat main drama juga...
**
Silva memandangi koin lima ratusan di tangannya bergantian dengan jaketnya. Parfumnya menguar ke seluruh kelas. Lalu dia tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadia tiga minggu lalu.
Silva mengedarkan pandangan ke seluruh kelas, sudah sepi. Hanya tertinggal beberapa tas dan sepatu, ke mana para pemiliknya?, batinnya. Dia pun membereskan mejanya yang berserakan, lalu memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
Dia duduk, lalu memandangi koin itu lagi. “Gimana caranya ngembaliin koin ini ya?”, gumamnya.
Diambilnya kertas pembengkus koin itu dan membungkus koin lima ratusan itu seperti sedia kala. Di atas kertas itu tertulis, KEMBALIAN LAUNDRY INDRA. Silva memasukkan koin itu ke dalam sakunya dan memakai jaketnya.
Silva berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya. Tiba-tiba matanya menangkap bayangan cowok bernama Indra yang meminjam jaketnya, tiga minggu lalu. Dia merogoh koin yang ada di saku roknya, dia meremas koin itu. Artinya Silva sedang berpikir, dikembalikan sekarang atau tidak ya?

0 komentar:

Posting Komentar