Part 1
Plok...plok...plok...
Suara tepuk tangan
penonton menggema di setiap sudut aula itu. Penampilan drama dari kelas XI-A1
benar-benar membuat penonton terpesona sekaligus terbahak melihat lakon-lakon
yang pantas untuk main layar lebar siang
itu. Agak berlebihan sih, tapi memang begitu adanya, haha.
Silva yang hanya
sebagai pemeran pembantu pun bermain dengan begitu luesnya, seolah dia itu
adalah bintang sinetron terkenal. Lega sudah rasanya bisa bermain drama di
depan penonton yang memenuhi aula.
Siang itu matahari
tak segan-segan membakar bumi, membuat aula sekolah Silva yang tidak begitu
besar dan sesak oleh penonton menjadi sangat panas. Gerah rasanya berlama-lama
di dalam.
Silva keluar dengan
beberapa temannya dengan menyampirkan
jaket hitamnya di pundaknya. Jaket hitamnya itu sukses membuat para
penonton terkecoh karena dengan jaket itu Silva bisa menyerupai teman-teman
cowoknya.
“Eh, boleh pinjem
jaketnya nggak?”
Seorang cowok tidak
dikenal Silva menghentikan langkahnya. Silva belum pernah melihat wajah cowok
ini. Silva hanya berdiri mematung di depannya sambil mengamatinya dari atas
sampai bawah.
“Aduuh, boleh nggak
nih? Boleh ya? Bentar aja!”
Belum sempat Silva
menjawab pertanyaannya cowok itu sudah menyambar jaket Silva dan berlari menuju
aula.
“Eh!!” Pekik Silva
tertahan, antara kaget dan bingung.
“Pulang sekolah di
lapangan basket!”, teriak cowok itu tanpa menoleh ke belakang lagi. Tangannya
melambai tak jelas.
Silva memandangi
teman-temannya, mereka mengangkat bahu bersamaan, lalu mereka saling
berpandangan lagi.
“Siapa sih dia? kok
aku belum pernah lihat cowok tadi ya? Anak baru?”, tanya Silva bingung.
“Bukan deh, Sil,
kamu aja yang baru pertama kali ini lihat dia. kalau nggak salah sih, dia anak
A-5. Ehh, bener nggak sih temen-temen?”
“Kayaknya sih
gitu”, jawab Rona dengan mulut berjubal makanan.
Mereka mulai
berjalan lagi, menuju kelas mereka yang nggak begitu jauh dari aula. Silva
masih mematung di tempatnya, lalu berbalik menuju aula. Dia mengintip dari
jendela paling depen. Ooh, jaketku buat main drama juga...
**
Silva memandangi
koin lima ratusan di tangannya bergantian dengan jaketnya. Parfumnya menguar ke
seluruh kelas. Lalu dia tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadia tiga minggu
lalu.
Silva mengedarkan
pandangan ke seluruh kelas, sudah sepi. Hanya tertinggal beberapa tas dan
sepatu, ke mana para pemiliknya?, batinnya. Dia pun membereskan mejanya
yang berserakan, lalu memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
Dia duduk, lalu
memandangi koin itu lagi. “Gimana caranya ngembaliin koin ini ya?”, gumamnya.
Diambilnya kertas
pembengkus koin itu dan membungkus koin lima ratusan itu seperti sedia kala. Di
atas kertas itu tertulis, KEMBALIAN LAUNDRY INDRA. Silva memasukkan koin itu ke
dalam sakunya dan memakai jaketnya.
Silva berjalan
menuju parkiran untuk mengambil motornya. Tiba-tiba matanya menangkap bayangan
cowok bernama Indra yang meminjam jaketnya, tiga minggu lalu. Dia merogoh koin
yang ada di saku roknya, dia meremas koin itu. Artinya Silva sedang berpikir, dikembalikan
sekarang atau tidak ya?
0 komentar:
Posting Komentar