Copyright © About Story
Design by Dzignine
Rabu, 13 Februari 2013

Teka-Teki Jaket Hitam Silva


Part 3
Hari ini Silva harus merelakan motornya dibawa kakaknya. Motor kakaknya sedang masuk bengkel. Tadi pagi dia berangkat bersama kakaknya, tapi pulang sekolah ini dia harus naik bis kota untuk pulang.
Awalnya dia ditemani Rona menunggu bis di halte. Tapi tiba-tiba Rona mendapat telepon dari ketua ekskulnya untuk segera kembali ke sekolah, jadilah Silva ditinggal sendirian.
Lama sekali Silva menunggu, tapi bis yang akan dinaikinya tidak juga lewat. Hampir putus asa dia menunggu, tapi kalau tidak naik bis dia tidak bisa pulang. Sesekali dia berdiri di pinggir jalan untuk melihat bisnya dari ujung jalan.
Saat untuk kesekian kalinya dia berdiri, tiba-tiba ada yang menjajarinya. Entah kenapa kepalanya reflek menoleh. Dari bentuknya berdiri sih dia sepertinya pernah lihat, tapi siapa ya??
Merasa tidak penting memikirkan orang itu dia kembali berkonsentrasi ke jalan. Tapi, aku inget! Bukannya dia si Indra? Silva kembali menoleh, kali ini tepat saat orang itu menoleh.
Orang itu menautkan alisnya melihat Silva, seperti bingung melihatnya. Kayaknya dia emang bener-bener lupa sama aku deh?
Silva jadi enggan menyapanya, apalagi mengembalikan koin kembalian laundrynya. Silva merogoh saku roknya, koin itu masih di sana.
“Kamu yang punya jaket itu ya?”, Silva menoleh ke sumber suara. Waah, masih ingat ternyata!, seru Silva bahagia dalam hatinya.
“Oo, i..ya..”, jawab Silva kikuk.
“Gimana? Wangikan?”, tanya cowok bernama Indra itu.
“Iya sih, oya, ada yang ketinggalan!”, Silva merogoh kantongnya untk mengambil koin kembalian itu.
“ketinggalan?”
Silva menjulurkan tangan kanannya ke cowok itu. Cowok itu menerima sesuatu yang diberikan Silva untuknya. Dia membaca tulisan di kertas kecil itu. “Langganan laundry ya?”, tanya Silva.
“Hahahaha... buat kamu aja deh, hitung-hitung denda telat ngembaliin jaketnya.”
“Denda tiga minggu Cuma lima ratus perak? Tukang kredit aja duapuluh ribu!!”, protes Silva. Bukannya mau minta uang denda juga sih, tapi keterlaluan banget cowok ini.
“Hehe, aku tambah bakso sama es jeruk gimana? Kan dulu kamu pengen tuh pas aku lagi makan bakso di kantin?”
Silva tidak berani melihat wajah cowok itu, Silva sukses dibuat malu sama cowok ini. Dia polos atau apa sih?
“Gimana?”
“Nggak, nggak usah! Aku udah nggak pengen sekarang.”, jawab Silva bohong. Apalagi makan bakso sama dia, pengen banget.
“ Yah, yaudah kalau gitu. Eh, itu bis kamu bukan?”
“eh, iya. Aku duluan!”, silva cepat-cepat masuk bis.
“Silva, tunggu!” Silva menoleh ke belakang. Cowok itu memberikan koin yang tadi untuk Silva. Silva bingung melihatnya, dia kira tadi Cuma bercanda tapi ternyata cowok itu beneran memberikan koinnya untuk Silva. Dan Silva mau-maunya menerima koin itu.
Silva mencari tempat duduk agak belakang dekat jendela. Setelah pewe silva baru ngeh kalau cowok bernama Indra tadi memanggilnya dengan nama bukan dengan eh atau hei, tapi namanya. Silva. Dia menoleh ke halte, ke arah cowok itu. Dan dia masih berdiri di sana. Cowok itu tersenyum dan melambaikan tangannya ke Silva.
Silva jadi semakin bingung. Tau namaku dari mana? dia meraba nametagnya, tapi tidak ada.nametagnya ada di dalam tas, terus??
**

1 komentar: