Part 3
Hari ini Silva harus merelakan
motornya dibawa kakaknya. Motor kakaknya sedang masuk bengkel. Tadi pagi dia
berangkat bersama kakaknya, tapi pulang sekolah ini dia harus naik bis kota
untuk pulang.
Awalnya dia ditemani Rona
menunggu bis di halte. Tapi tiba-tiba Rona mendapat telepon dari ketua
ekskulnya untuk segera kembali ke sekolah, jadilah Silva ditinggal sendirian.
Lama sekali Silva menunggu, tapi
bis yang akan dinaikinya tidak juga lewat. Hampir putus asa dia menunggu, tapi
kalau tidak naik bis dia tidak bisa pulang. Sesekali dia berdiri di pinggir
jalan untuk melihat bisnya dari ujung jalan.
Saat untuk kesekian kalinya dia
berdiri, tiba-tiba ada yang menjajarinya. Entah kenapa kepalanya reflek
menoleh. Dari bentuknya berdiri sih dia sepertinya pernah lihat, tapi siapa
ya??
Merasa tidak penting memikirkan
orang itu dia kembali berkonsentrasi ke jalan. Tapi, aku inget! Bukannya dia
si Indra? Silva kembali menoleh, kali ini tepat saat orang itu menoleh.
Orang itu menautkan alisnya
melihat Silva, seperti bingung melihatnya. Kayaknya dia emang bener-bener
lupa sama aku deh?
Silva jadi enggan menyapanya,
apalagi mengembalikan koin kembalian laundrynya. Silva merogoh saku
roknya, koin itu masih di sana.
“Kamu yang punya jaket itu ya?”,
Silva menoleh ke sumber suara. Waah, masih ingat ternyata!, seru Silva
bahagia dalam hatinya.
“Oo, i..ya..”, jawab Silva kikuk.
“Gimana? Wangikan?”, tanya cowok
bernama Indra itu.
“Iya sih, oya, ada yang
ketinggalan!”, Silva merogoh kantongnya untk mengambil koin kembalian itu.
“ketinggalan?”
Silva menjulurkan tangan kanannya
ke cowok itu. Cowok itu menerima sesuatu yang diberikan Silva untuknya. Dia membaca
tulisan di kertas kecil itu. “Langganan laundry ya?”, tanya Silva.
“Hahahaha... buat kamu aja deh,
hitung-hitung denda telat ngembaliin jaketnya.”
“Denda tiga minggu Cuma lima
ratus perak? Tukang kredit aja duapuluh ribu!!”, protes Silva. Bukannya mau
minta uang denda juga sih, tapi keterlaluan banget cowok ini.
“Hehe, aku tambah bakso sama es
jeruk gimana? Kan dulu kamu pengen tuh pas aku lagi makan bakso di kantin?”
Silva tidak berani melihat wajah
cowok itu, Silva sukses dibuat malu sama cowok ini. Dia polos atau apa sih?
“Gimana?”
“Nggak, nggak usah! Aku udah
nggak pengen sekarang.”, jawab Silva bohong. Apalagi makan bakso sama dia,
pengen banget.
“ Yah, yaudah kalau gitu. Eh, itu
bis kamu bukan?”
“eh, iya. Aku duluan!”, silva
cepat-cepat masuk bis.
“Silva, tunggu!” Silva menoleh ke
belakang. Cowok itu memberikan koin yang tadi untuk Silva. Silva bingung
melihatnya, dia kira tadi Cuma bercanda tapi ternyata cowok itu beneran memberikan
koinnya untuk Silva. Dan Silva mau-maunya menerima koin itu.
Silva mencari tempat duduk agak
belakang dekat jendela. Setelah pewe silva baru ngeh kalau cowok bernama
Indra tadi memanggilnya dengan nama bukan dengan eh atau hei,
tapi namanya. Silva. Dia menoleh ke halte, ke arah cowok itu. Dan dia masih
berdiri di sana. Cowok itu tersenyum dan melambaikan tangannya ke Silva.
Silva jadi semakin bingung. Tau
namaku dari mana? dia meraba nametagnya, tapi tidak ada.nametagnya
ada di dalam tas, terus??
**
.mana lanjutannya?
BalasHapus