Part
4
Di
dalam bis Silva membolak-balik koin di tangannya. Bisa-bisanya tadi dia
menerima koin itu dari Indra, bukannya dia getol sekli ingin mengembalikannya
pada Indra? Silva tersipu sendiri membayangkan wajah polos Indra saat pertama
kali mereka bertemu, saat dengan santainya dia makan bakso di kantin sedangkan
Silva keki abis karna jaketnya tidak
ada, wajah Indra yang cool beberapa
hari lalu saat berpapasan dengannya, dan wajahnya di halte tadi, menggelikan. Silva
memalingkan wajahnya ke jendela bis, melihat jalanan yang padat oleh kendaraan,
mencoba mengalihkan pikirannya dari makhluk bernama Indra.
**
Indra
masih saja tersenyum geli sejak bertemu dengan Silva tadi siang. Saat makan
siang wajahnya begitu sumringah, sampai-sampai bundanya bingung melihat
ekspresi wajah Indra yang tidak seperti biasanya itu.
Di
kamar Indra mengingat-ingat saat dia sengaja meminjam jaket Silva padahal dia
membawa jaket sendiri, dia yang menyembunyikan jaket Silva di dalam tas dan
berpura-pura makan bakso dengan santainya padahal dia menahan tawa melihat
Silva yang marah-marah. Dia juga yang sengaja menaruh koin kembalian laundrynya di saku jaket Silva agar dia
tahu bahwa orang yang yang meminjam jaketnya bernama Indra.
Indra
tahu betul bahwa skenarionya akan berhasil, skenario menggelitik nun
menyenangkan.
**
Hari
ini Silva malas memesan makanan seperti teman-temannya yang lain. Silva memilih
duduk sendirian di pojok kantin. Di tangannya tetap ada koin kembalian itu. Koin
Indra.
Entah
kenapa baru kali inilah dia merasakan galau,
dia juga merasa sangat konyol. Ada apa
ini ya??
“Nggak
pesen makanan?”, Indra tiba-tiba sudah duduk di sampingnya. Silva hampir saja
terlonjak dari duduknya. Tubuhnya tiba-tiba membeku.
“Haa?
Oo, nggak, tadi udah sarapan di rumah”, jawab Silva kikuk.
“Beneran??
Terus kenapa tuh koinnya masih dipegangin? Belum ikhlas cuma lima ratus perak
dendanya? Bentar deh!” Indra beranjak dari duduknya dan menuju kearah kedai
bakso tak jauh dari tempatnya.
Dari
tempat duduknya Silva tahu apa yang sedang dilakukan Indra, dia memesankan
bakso untuknya, sekaligus es jeruk! Tak lama kemudian Indra dating dengan dua
mangkuk bakso dan dua gelas es jeruk.
“Kemarin
kan aku udah bilang, aku udah nggak pengen lagi, lagian aku juga bercanda.”
“Anggap
aja ini tanda permintaan maafku.”
“Permintaan
maaf?”
“Yaa,
apa aja deh.. minta maaf pokonya.” Kata Indra malu-malu.
Detik
selanjutnya mereka sudah asyok ngobrol ke mana-mana, mereka terlihat begitu
akrab seperti sudah lama berteman.
Dalam
hatinya Indra berteriak kegirangan, yess!! Good
job, Ndra!!
**
.siip..
BalasHapusjadi penasarn endingnya..
hwaaaa cepet lanjutkan!!!
BalasHapusntar kalo endingnya jadi novel onlen gimana??
BalasHapus